Tuesday 26 July 2016

#BOOMINGGROOMING



Meeting internal kesekian untuk kesekian kalinya.
“Telinga saya sampai panas denger nya.Grooming kalian itu udah sangat buruk. Mungkin kalau
IPK udah dapet kategori D.” celetuk Mami.
“Gak anak baru gak anak lama sama aja. Pake sandal jepit, pake celana jeans. Bahkan sampe ada yang nyeker.” lanjutnya.
Secara langsung maupun tidak langsung, ucapan Mami ada benarnya juga.
Pada dasarnya, peraturan ada karena adanya objek yang akan diatur.
Dan tidak bisa dipungkiri, kita adalah bagian dari objek tersebut.
Ya, meeting kali ini benar-benar menegangkan sekaligus menggelikan.
Ketika sandal cokelat busuk menjadi sasaran. Sandal hotel buluk tak luput juga dari perbincangan. Terlebih lagi, baju dinas dengan atasan seragam dan bawahan celana training. Atau atasan seragam dengan bawahan babydoll.
Itu—menggelikan—sekali, Teman.
Berasa tahun “ajaran baru”. Ketika kebiasaan yang harusnya dibiasakan malah menjadi sesuatu yang baru.


Princess Dragel, 26 Juni 2016.

Sunday 24 July 2016

ILALANG YANG HILANG



Puan,
Rupamu yang kian menawan
Enyah lenyap tak tereja
Bolehkah kusebut 'entah'

          Syair manifestasi dan jeritan malam yang hening kembali menyapa semesta. Dan, Phyta Rosella--gadisku-- yang memesona. Kemana dia ? lama tak kujumpai paras ayunya.
Terngiang jelas kencan pertama yang tak terduga.
          Sepulang sekolah, kami berjalan beriringan. Tak kumengerti kemana arah tujuan kami. Aku hanya mengikuti setapak demi setapak alunan kaki gadis itu. Langkahnya berhenti. Ia menatapku, lalu tersenyum padaku. Ah, senyuman yang meleburkan hasrat kedamaian.

"Sekarang tutup mata." pintanya padaku.
Dia memang gadis misterius. Dan itu yang membuatku jatuh cinta padanya.
Tanpa berucap lebih, kututup mataku. Kemudian dia menuntunku menaiki sebuah tangga.
"Sudah sampai, sekarang buka matanya." katanya padaku.

          Aku membuka mata perlahan. Berharap sebuah kejutan indah menyapa di ujung mata.
Angin berembus sepoi. Aku tertegun. Lensa raga terbelalak.
Tak kuduga kencan pertamaku begitu mesra dan istimewa.
Tempat yang penuh romansa dan cinta.

"Padang rumput ?" tanyaku heran.
Ia tersenyum. "Ini adalah tempat favoritku. Rumah pohon ini dibangun oleh Kakek. Dan ilalang-ilalang itu sengaja dibiarkan tumbuh untuk menambah keindahan." kata Phyta.
"Aku selalu suka ketika ilalang-ilalang itu berbunga, hijau,dan rimbun. Dan kamu, Lio. Kamu adalah laki-laki pertama selain Ayah dan Kakekku yang melihat tempat ini." lanjutnya.
Aku melihat rona bahagia diwajahnya. Ia begitu indah layaknya kumpulan ilalang itu.
"Bagus ya" kataku dengan senyum mengembang. Meski semua ini di luar ekspektasiku.

Lima tahun berlalu.
Kisah bahagia beberapa tahun silam tampaknya semakin memudar. Kami lost contact. Tak lagi ada kabar dan cerita cinta semenjak Phyta dan keluarganya pindah ke Ibu Kota.
Sesekali, kami saling bertukar surat untuk sekadar bertegur sapa dan melepas rindu.

          Dan surat pertama dari tiga tahun terakhir, akhirnya bertamu kepadaku. Dia, masih saja ingat alamat rumahku. Percayalah, cinta tahu kemana ia harus pulang.
Aku segera membuka bingkisan rindu itu.

Lelakon berjambang tanggung, tidakkah kepulan riwayat yang kusuguhkan membuatmu gelebah dan berdegup.
Sementara salam, masih saja merebah dan terkatup.

          Gadis itu masih saja memiliki sisi misteriusnya. Aku tersipu malu. Meski entah tak kutahu apa makna kalimat tersebut.
          Aku masuk ke dalam kamar. Niatku untuk segera membalas surat cinta dari sang cinta.
Belum sempat kugoreskan tinta dikertas putih itu, aku melihat ada sebuah kertas lain dalam amplop coklat. Sebuah Kertas berwarna hijau dengan latar belakang rerumputan semampai yang bertuliskan "UNDANGAN PERNIKAHAN"

Aku memejamkan mata sejenak. Berharap ini hanyalah sebuah mimpi.

Berikan aku setangkai ilalang. Dengannya, kan kujadikan ladang dan sepetak semak belukar.
Di situlah istana kita akan bersandar.

          Ilalang itu telah menemukan tempat yang lain. Sementara, aku hanyalah tanah tandus dan gersang yang berbatu.

Friday 22 July 2016

MENJAMU RINDU


Gadis bermata filsafat
Terka menerka menerkam tajam
Aku duduk menyila
Membaca saksama alih firasat
Abaiku seakan ragu
Sang rindu kembali bertamu
Kusuguhkan secangkir sabar
Pikirku, kau akan tersadar
Secepat lalu
Lalu pergi dan berlalu
Rinduku kau hamburkan
Kucoba rapikan
Mendaur ulang tatanan nostalgia
Kosong
Selonjor saja inginku
Pintu-pintu kembali terkuak
Rindumu datang bertamu
Kusaji rerayuan harap
Harapku, segala kecurangan ini akan tiarap
Kau curang
Rinduku kau permainkan
Mainkanlah sesukamu
Ini hanya sekedar dongengku
Kisah yang terjamu
Dan secawan rindu yang kupinjam darimu

Saturday 12 March 2016

CUPCAKE CINTA

         Sepinggai hujan masih dengan syahdunya menari di atas bumi. Memercikan sejuta cerita tentang karunia Tuhan-Nya. Ada duka, bahagia, dan tawa menyelimuti segudang cerita hamba-Nya.
Adalah alasan mengapa ada cinta ketika hujan tiba. Ada doa yang mengucur deras agar di ijabah Oleh-Nya.
Malam ini begitu sunyi. Aku menyendiri. Sendiri dalam sangkar klasik nan minimalis. Menanti cinta pertamaku tiba di singgasananya. Dentuman petir seolah tak mau kalah mampir sejenak menyambangi semesta.
Beberapa saat setelahnya, suara motor tua ikut mengusik kemerduan sang hujan. Tanpa permisi membangunkanku di tengah lelapan tidurku. Aku membuka pintu. melihat sosok usang malaikat tercintaku.
"Ayah. kenapa gak berteduh dulu ? hujannya deras banget lhoh, Yah". Ujarku pada Ayah.
"Assalamu'alaikum". Ucap Ayah tersenyum sembari masuk ke dalam istana kami.
"Wa'alaikumsalam". Jawabku.
Ayah, sosok tunggal yang aku miliki saat ini. Dia pahlawanku, malaikatku di dunia.
Di rumah ini hanya ada aku dan Ayah. kami tinggal berdua di gubuk kecil yang sering kami sebut istana.
Ya, di istana inilah aku tumbuh. bermanja ria hanya dengan Ayah. Ibu sudah lama meninggal sejak dia melahirkanku. Murni hanya Ayah yang aku miliki di dunia ini.
Malam itu kulihat wajah lelah Ayah yang seharian mencari nafkah untuk kebutuhan kami. Sudah hampir 22 tahun ayah berjualan cupcake. Di sebuah toko mini yang ia bangun dengan jerih payahnya. Dengan di bantu dua orang karyawan, Ayah berhasil mengembangkan bisnisnya

---

Hari ini aku akan mengikuti interview di sebuah perusahaan terkemuka di kotaku. Seperti biasa, kemana pun aku pergi, Ayah dan motor tua nya itu selalu menyertaiku. Bahagia rasanya, ketika banyaknya gadis di luar sana berboncengan mesra dengan yang bukan mahramnya, sementara aku berboncengan manja dengan ayah tercinta.
Jam menunjukkan tepat pukul setengah tujuh pagi. Aku bergegas masuk ke dalam kantor. Ruang interview sudah penuh sesak dengan para pelamar kerja. Aku duduk menunggu antrian. Beberapa saat kemudian giliranku tiba. Aku masuk ke dalam ruangan. Keringat dingin tak henti-hentinya mengucur deras membasahi tubuhku. Namun aku tetap berusaha bersikap tenang. Wajar saja, ini adalah kali pertama aku melamar kerja di sebuah perusahaan besar.
Sesi interview berjalan lancar.lega rasanya telah melewati masa itu. Satu minggu lagi adalah penentuan di terima atau tidaknya aku untuk bekerja di kantor itu.
Setidaknya masih ada usaha terakhir yang bisa kau lakukan untuk meraih mimpiku tersebut, yaitu berdoa.
Jam menunjukkan pukul empat sore. Aku menunggu jemputan dari Ayah. Tidak biasanya Ayah terlambat datang menjemputku. Selama ini ayah selalu datang tepat waktu.
Bahkan ia lebih senang menungguku daripada aku yang menunggu Ayah datang. Tapi kali ini tidak. Sudah lebih dari satu jam aku menunggu Ayah.
Tiba-tiba terdengar suara klakson menyapaku. “Mas Karyo” Seruku.
Bukan Ayah yang menjemputku, tapi salah seorang karyawan Ayahku. “Dimana Ayah ?” tanyaku.
“Pak Wahyu ada di rumah sakit, mbak. Tadi mendadak pingsan di toko”. Ujarnya.
Aku terkejut mendengar berita itu. Kami berdua pun langsung bergegas menuju rumah sakit tempat Ayah di rawat.
Sesampainya di rumah sakit, aku melihat tubuh Ayah tergolek lemas di atas tempat tidur. Ayah tersenyum melihatku.
“Cantik, maafin Ayah ya, tadi ayah gak bisa jemput kamu. Kamu pasti lama ya nungguin Ayah datang. Gimana interviewnya ? Ayah yakin kamu pasti bisa”. Katanya.
Tak kuasa air mataku menetes di pipi. Akhir-akhir ini Ayah memang sering keluar masuk rumah sakit. Penyakit migrain akut yang menyerang Ayah sering membuat ayah mendadak pingsan.
            Sudah hari ketiga Ayah di rawat di rumah sakit. Aku selalu menemani Ayah setiap waktu. Namun sesekali, aku juga datang ke toko untuk menghandle pekerjaan Ayah. Sejak kecil aku memang sering datang ke toko. Ayah selalu mengajariku banyak hal tentang toko itu. Bahkan resep rahasia cupcake buatan ayah sudah mahir aku kuasai. Ya, cupcake ayah memang beda jika di banding dengan toko-toko lain.
            Hari ini Ayah sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Ayah memintaku untuk mengantarkannya ke toko. Namun aku menolaknya. Laki-laki itu. Tidak habis pikir aku dengannya. Semangat kerjanya begitu tinggi. Sampai-sampai ia lupa bahwa kesehatannya jauh lebih berharga dari segalanya.

---

Hari ini adalah pengumuman di terima atau tidaknya aku untukk bekerja dikantor itu. Bolak-balik aku mengecek telepon genggamku, namun belum juga ada panggilan masuk atau sekedar pesan pemberitahuan.
Hari sudah menjelang siang. Matahari bersolek dengan teriknya. Namun kabar bahagia itu belum juga menyapaku. Harap-harap cemas aku menanti berita itu. Berharap perjuanganku tak sampai memupuskan harapan Ayah. Dia penyemangatku. Dia alasanku untuk tetap berjuang. Ayah.
            Tiba-tiba hapeku berdering. Ada pesan singkat masuk. Aku bergegas membacanya. Ternyata pemberitahuan bahwa aku di terima kerja di perusahaan itu dan diminta untuk mengikuti final interview.
Betapa bahagianya aku saat itu. Impianku untuk bekerja di perusahaan besar akan tercapai.
Aku segera memberitahu Ayah tentang hal ini. Ayah juga ikut bahagia mendengarnya. Aku percaya tidak ada doa yang sia-sia. Tidak ada jerih payah yang tiada artinya. Percayalah, doa orang tua selalu menyertai setiap jengkal kesuksesan kita.
            Hari ini aku menghadiri interview final. Ayah begitu bersemangat mengantarku menuju kantor. Sebenarnya aku tidak mengizinkan Ayah untuk mengantarku. Toh aku bisa naik angkutan umum atau minta tolong karyawan Ayah untuk mengantarku. Namun Ayah menolaknya. “ Gak papa, Ayah Cuma pingin menjaga bidadari Ayah kemanapun ia pergi. Karna itu tanggungjawab Ayah”. Ujarnya.
            Aku masuk ke dalam sebuah ruangan. Bertatap muka dengan salah seorang manager di kantor itu. Beliau menjelaskan panjang lebar tentang tugas dan tanggungjawab pekerjaanku nantinya. Di penghujung percakapan, manager itu memberitahuku bahwa aku akan di tempatkan di luar pulau jawa. Salah satu kantor cabang milik perusahaan itu. Ia menyodorkanku selembar kertas dan memintaku untuk menandatangani kontrak kerja tersebut.
Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan ? tidakkah ini begitu membuat logika ku meruntuh ? Aku benar-benar menginginkan pekerjaan ini. Tapi bagaimana dengan Ayah ?. Aku harus benar-benar memutuskannya detik itu juga. Tidak ada waktu yang di berikan kepadaku untuk berpikir sejenak.
Aku memutuskan untuk tidak menerima tawaran itu, dengan konsekuensi aku gugur untuk bisa bergabung dengan perusahaan itu.  Ya, mungkin ini jalan terbaik untukku. Dengan alasan apapun,aku tidak akan sampai hati berpisah jauh dari Ayah. Berapapun besarnya materi,ia takkan bisa membeli kebahagian dengan orang yang kita cintai.
            Aku keluar dari kantor tersebut. Dengan langkah gontai namun penuh bakti. Aku melihat ayah dari seberang jalan. Menungguku dengan penuh tulus dan harap. Ia melemparkan senyum kepadaku. Aku menghampirinya. Spontan aku memeluk ayahku. Mencari sedikit kehangatan untuk melepas segala kepenatan. Ayah menciumku dan mengusap kepalaku. Inilah kebahagiaanku.
            Sesampainya di rumah, aku menceritakan semuanya pada Ayah. Ayah tersenyum dan memberikan nasihat hangat kepadaku. Bebanku seolah hilang.
Tidak mengapa aku kehilangan impian besarku. Justru pada kenyataannya impian terbesarku ada di hadapanku, yaitu selalu bersama Ayah.
            Hari-hariku aku habiskan bersama Ayah. Setiap hari aku dan ayah selalu berangkat ke toko cupcake bersama. Aku mulai belajar berbagai seluk-beluk tentang dunia cupcake dan pemasarannya. Belajar dari guru besarku, guru kehidupanku, ayahku.
Impianku kini bukan lagi tentang menjadi karyawan di perusahaan besar, namun impianku sekarang adalah bagaimana agar aku bisa membesarkan bisnis cupcake yang telah puluhan tahun menemani perjalananku dan Ayah. Hanya itu.
Bahagia pada dasarnya sederhana. Cintai apa telah kamu miliki, dan syukuri cinta yang telah Tuhan beri. Maka bersiaplah untuk menyambut bahagia.

Tuesday 8 March 2016

GMT 2016

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Pagi ini adalah klimaks euforia terjadinya Gerhana Matahari Total. Event sekali seumur hidup yang akan terjadi 33 tahun mendatang lagi pun riuh gemuruh ramai di sambut penduduk bumi.

Rasulullah SAW bersabda :"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebuah tanda dari tanda-tanda Allah SWT. Keduanya tidak menjadi gerhana disebabkan kematian seseorang atau kelahirannya. Bila kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah hingga selesai fenomena itu. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Ada beragam kegiatan yang di lakukan tiap orang untuk menyambut peristiwa spesial itu.
Berbagai peralatan seperti kacamatan khusus, teropong dan lain sebagainya siap menemani penikmatnya yang ingin menyaksikan gerhana matahari total.
Ada yang sibuk dengan gadgetnya, ada juga yang biasa-biasa saja menyambutnya, ada pula jiwa rohani yang mengabadikan moment langka itu dengan sholat sunnah gerhana.

Di sini, di tempat ini, kondisi langit mulai meredup. meskipun sebagian besar sinar matahari masih tampak berseri. Begitulah, hal sederhana apapun akan selalu namapak istimewa jika kita pandai mensyukurinya.
Kepada pagi yang menyapa,
Kepada hari libur nasional yang tetap berangkat kerja,
Kepada moment istimewa yang langka,
Kepada apapun dan siapapun hari ini, esok, dan seterusnya,
Allah azza wa jalla...

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Gerhana Matahari Total, 09 Maret 2016

Wednesday 24 February 2016

Imaji Sissy Pussy

Berita itu begitu membuatku terpuruk. Gadis klasik nan cantik itu yang akhirnya berhasil merebut pujaan hatiku. Mas Bagas ku akan segera mempersunting gadis pilihannya. Kecewa memang, tapi sosok seperti ku bisa apa ?.
"Dengan siapa pun aku menikah, kamu tetap kesayanganku, Sissy". Ujarnya menghiburku.
Aku memang selalu bermanja ria dengan Mas Bagas. kemana pun ia pergi, aku selalu menyertainya.
24 jam sepanjang hari, aku habiskan bersamanya. Mas Bagas mencintaiku, begitu pun aku. Lalu kenapa ia tetap memilih gadis itu ?. Fisikly, aku lebih manis, lebih menggemaskan, dan lebih ginuk-ginuk dari nya. Tapi faktanya, Mas Bagas lebih memilih gadis itu. Takdir tetaplah takdir. Kehendak Tuhan lebih berperan di atas keinginan semu hamba-Nya.
Hari ini adalah hari bersejarah dalam hidup Mas Bagas. Ia akhirnya menikah dengan gadis pilihannya. Dari kejauhan aku memandang pujaan hatiku bersanding mesra dengan permaisurinya. Riuh tamu yang hadir turut serta menebarkan doa dan bahagia untuk keduanya. Pesta pernikahan pujaan hatiku begitu megah. Lain halnya dengan qolbu ku yang begitu gundah.
Dari sudut pelaminan, aku melihat gadis itu berjalan menuju ke arahku. Dia mendekat, tersenyum lalu membisikkan sesuatu, “Hai Sissy. Aku mencintaimu sama halnya dengan Mas Bagas yang juga mencintaimu”. Ujarnya sembari mengusap kepalaku.
Aku tersipu, meski sebenarnya hatiku cemburu. Mas Bagas ku kini harus berbagi waktu dengan gadis itu. Berbagi cinta dan tawanya dengan bidadari nya.
Sekali lagi, aku patah hati. Mungkin hanya sekali, tatkala Bidadari menyambangi pujaan hati. Aku lebih memilih pergi. Meninggalkan hati yang usang. Langkah empat kakiku gontai. Bulu ku nan elok khas Persia beranjak lusuh. Kini aku bebas. Bebas dari cinta yang telah mematahkan hatiku . “Meoooww”!!!

Semarang, 11 Pebruari 2016

Friday 12 February 2016

Halte Van Amorus

Sore ini cuaca begitu syahdu. Irama angin bersorak-sorai mengiringi tenggelamnya senja. Lantunan gemericik air mulai turun menyambangi tuan nya. Halte Van Amorus mulai menyuguhkan atap tepi jalan untuk melindungi Empunya.
Diane flamaria, gadis berjilbab panjang dengan kayuhan sepedanya bergegas menuju halte. Dia mampir sejenak menghindar dari guyuran air yang semakin deras. Di parkirkannya roda duanya itu di tepi halte. Ia membaur bersama orang-orang yang turut berlindung di bawah Amorus.
“Maaf, boleh Tanya ini jam berapa ?”. Tanya laki-laki di sebelah Diane.
Sosok Laki-laki sebaya dengan jenggot panjang serta busana agamis itu membuat Diane tertegun ketika melihatnya.
“Idaman”. Gumam Diane dalam hati.
“Boleh saya tahu ini jam berapa ? jam tangan saya tertinggal di kantor”. Ujar lelaki itu.
“Owh, maaf, sudah Jam lima lebih seperempat”. Kata Diane.
“Terima kasih”. Ujarnya singkat.
Suasana riuh gemericik hujan seakan menambah kekhusukan insan yang berada di sekitarnya.
Gadis itu seakan turut serta merasakan romantisme dadakan yang baru saja menyapanya.
Mungkinkah ini cinta ? Cinta pada pandangan pertama ?.
Tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil dari depan Halte.
“Abi” Teriak seorang anak perempuan dari dalam mobil.
Dan tiba-tiba, seorang perempuan berkhimar panjang turun dari mobil dengan membawa payung menuju ke arah lelaki berjenggot itu.
“Maaf, Bi. Umi tadi abis jemput adek”. Kata wanita itu sembari mencium tangan lelaki itu.
Keduanya kemudian masuk menuju mobil dan pergi meninggalkan Halte Van Amorus.
Meninggalkan romantisme sesaat Puan Diane.
Hujan telah reda. Diane kembali mengayuh sepedanya. Meninggalkan jejak cinta ala kadarnya di Halte Van Amorus.
Diane oh Diane. Percayalah. Takdir tidak pernah salah menjatuhkan cintanya pada yang di kehendaki-Nya. Bahkan di tempat tak terduga dan di waktu yang tidak semestinya.


Semarang, 04 Februari 2016.