Thursday 21 January 2016

Dua Puluh Dua Yang ke Dua Puluh

Dua puluh dua yang ke dua puluh.
Sejarah 20 tahun lalu di tanggal 22. Entah harus bahagia atau sedih jika menjumpai tanggal tersebut pada bulan pertama awal tahun. Usia semakin bertambah. Jatah hidup di dunia semakin berkurang. Lantas apa kabar dengan keimanan ?
Segala ucapan dan tindak tanduk kedepan seharusnya sudah semakin matang dan mantap.
prospek kedepan bukan lagi tentang 'bagaimana' atau 'apa'. tapi tentang 'seharusnya' dan 'semestinya'.
Tiga tahun setelah dua puluh dua yang ke tujuh belas setelah lepas dari dekatnya bersama keluarga terdekat, seharusnya sudah menjadi bekal untuk menghadapi dua puluh dua dua puluh dua berikutnya. Ini, hidup ini,jalan cerita ini, cerita dari skenario Ilahi harus menjadi sejarah yang indah. Dunia tidak perlu tahu tentang sejarah itu. mereka hanya perlu menjadi saksi bisu tentang perjalanan indah nan berliku.

Dua puluh dua yang ke dua puluh.
Nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan ?
Ini adalah anugerah. ini adalah hadiah. versi terindah tentang sebuah kisah.
Tidak perlu merombak seluruh kisah ini, karna ada Allah yang maha mengatur segala alur.
Jalankan roda kehidupan sesuai kemampuan. Tidak perlu di paksakan. tapi di biasakan. Biasakan untuk tidak memaksakan, tapi paksakan untuk selalu membiasakan.

Dua puluh dua yang ke dua puluh.
Semoga harapmu menjadi nyata. Semoga segala apa yang engkau cita di ijabah oleh-Nya.
Semoga, engkau tetap menjadi Dua puluh dua ke sebelumnya dengan membawa dua puluh dua yang lebih baik untuk berikutnya.

Selamat menapaki usia dua puluh, darl.
Usia dimana seharusnya taqwa lebih dari sekedarnya, keimanan lebih dari apa adanya, dan istiqomah senantiasa lebih terupaya.

Barakallah fii Umrik.


22 JANUARI 2016
-DARA AYU KUSUMA WARDHANI-

Semarang

Tuesday 19 January 2016

Bukan Bahasan Baik Buruk.

Baik atau Buruk ?
Seberapa baikkah kita di mata orang lain ? Seberapa burukkah kita di mata orang lain ?.
Sudah baikkah kita ? Masih tetap burukkah kita?

Manusia, makhluk sosial nan individual. Terkadang kita mengedepankan ego untuk semata-mata meyakini bahwa apa yang kita perbuat sudah cukup layak untuk menyandang status 'baik' di benak kita pribadi. Ya, hanya di benak kita. Bagaimana dengan pandangan orang lain terhadap kita ? Sudah baikkah kita ? Atau masih tetap burukkah kita ?

Lingkungan  mengajarkan kepada kita bahwa bukan hanya kita seorang yang menjalani kehidupan di dunia ini. Ada orang-orang, masyarakat, dan pribadi-pribadi lainnya yang membaur menjadi satu di dalam kehidupan ini. Kehadiran mereka memberi warna dan ilustrasi bagaimana kita menjalani hidup secara semestinya. Lingkungan juga menjadi salah satu indikator pembentuk karakter pribadi seseorang. Lingkungan yang baik akan membawa dampak yang baik, begitupun sebaliknya.

Genre kemasyarakatan bukan lagi sebuah teori pembelajaran dalam filosofi kehidupan. Ia adalah praktek nyata tentang bagaimana kita mengaplikasikan rutinitas hidup ini.
Bertemu orang, bertegur sapa, berbicang-bincang, bahkan hal sepele seperti memberikan  senyuman kepada orang yang belum kita kenal adalah salah  satu pengaplikasiaanya.
Lantas bagaimana jika pada suatu waktu kita berada pada lingkungan yang tidak pernah sedikitpun muncul dibayangan kita sebelumnya? Lingkungan dengan mayoritas orang-orang agresif, individualis, dan lebih mengedepankan pandangan mereka pribadi. Orang-orang yang tiga ratus enam puluh derajat berbeda jauh dengan karakter  kita. Orang-orang yang menganggap diri mereka lebih baik, baik itu kualitas hidup ataupun  kepribadiaan. Haruskah kita merasa minder tentang hal itu ?

Setiap orang mempunyai sisi positif daan negatif. Sisi baik dan buruk. Sisi kuat dan lemah, Atau antonimisme lainnya. Tinggal bagaimana kita memfokuskan apa yang akan kita tonjolkan untuk diri kita dan orang-orang di sekitar kita.Jika kita menonjolkan sisi baik, maka baiklah kita, terlepas dari hal buruk yang sudah kita lakukakan. Begitupun sebaliknya.
Seburuk-buruknya lingkungan, jika kita bisa tetap berada pada alur yang sejalan dengan kebaikan, maka tidak mungkin hal buruk yang serupa bisa mampir pada diri kita. Sikapi dengan bijak setiap hal yang terjadi di sekitar kita. Jika ingin di perlakukan baik, maka perlakukan hal yang baik juga terhadap orang lain.

Perihal baik atau buruknya seseorang,kita tidak bisa begitu saja menilai hanya dari satu sisi. Cari sisi yang memfokuskan terhadap apa yang kita anggap itu penting. Sisanya, buang pandangan subjektif negatif yang akan menghalangi fokus kita kedepannya. Selama masih ada sisi baik, mengapa harus mencari-cari sisi yang buruk ? Yato ?
Toh realitanya kita hanya manusia biasa. Tempatnya salah dan khilaf.
Yang salah mari kita perbaiki, Yang sudah baik berbagilah hal yang baik untuk orang-orang yang membutuhkan kebaikan kita.
Lalu, sudah baikkah kita ? Atau masih tetap burukkah kita ?
Bercerminlah pada orang-orang di sekitar kita. Maka kita akan menemukan jawabannya.
And after all, Hiduplah dengan kebaikan, Maka kebaikan akan hidup di kehidupan kita.

Sunday 17 January 2016

Cinta Dalam Diam

Apa kabar hati ? Masih sabarkah engkau menanti ?
Lagi-lagi perihal hati. Tidak seberapa mengerti apa yang sewajarnya terjadi.
Bayangmu sukses membuatku menari-nari.

Ini adalah sepenggal kisah tanpa dialog.
Hadir tanpa prolog. Imajinasi datang bak mengolok-olok.

Kepadamu yang berusaha memfatimahkan dirimu.
Berusaha mencari Ali dalam setiap doa-doamu.
Tidakkkah engkau sadari, Engkau hanya perempuan akhir jaman yang kadang tergoyahkan oleh hiruk pikuk  duniawi.
Perbaiki semua hingga semua benar-benar membaikanmu.
Dunia terlalu fana jika menaruh harap pada sesuatu yang tidak semestinya.
Ada Rabb mu. Sang Maha Cinta yang Maha merajai segalanya.
Letakkan harapmu padaNya. Curahkan segala rasa kepada-Nya.
Jangankan perkara menyatukan ketidakmungkinan, Mempertemukan seseorang yang tidak pernah engkau temui sebelumnya adalah sebuah kemudahan Bagi-Nya.

Titipkan rasamu pada Ia sang penjaga cinta.
Karna Ia maha membolak-balikkan hati HambaNya,
Mungkin hari ini engkau suka.
Mungkin esok engkau cinta.
Mungkin juga lusa dia akan menjadi hampa.

Teruslah berikhtiar. Teruslah bertawakal kepada-Nya.
Hingga Allah mengiyakan apa yang selama ini engkau semogakan.

Dan jika pada masanya apa yang engkau inginkan tak sesuai harapmu,
yakinlah bahwa skenario Tuhanmu jauh lebih indah dari yang engkau skenariokan.