Sore ini cuaca begitu syahdu. Irama angin bersorak-sorai
mengiringi tenggelamnya senja. Lantunan gemericik air mulai turun menyambangi
tuan nya. Halte Van Amorus mulai menyuguhkan atap tepi jalan untuk melindungi
Empunya.
Diane flamaria, gadis berjilbab panjang dengan kayuhan
sepedanya bergegas menuju halte. Dia mampir sejenak menghindar dari guyuran air
yang semakin deras. Di parkirkannya roda duanya itu di tepi halte. Ia membaur
bersama orang-orang yang turut berlindung di bawah Amorus.
“Maaf, boleh Tanya ini jam berapa ?”. Tanya laki-laki di
sebelah Diane.
Sosok Laki-laki sebaya dengan jenggot panjang serta busana
agamis itu membuat Diane tertegun ketika melihatnya.
“Idaman”. Gumam Diane dalam hati.
“Boleh saya tahu ini jam berapa ? jam tangan saya tertinggal
di kantor”. Ujar lelaki itu.
“Owh, maaf, sudah Jam lima lebih seperempat”. Kata Diane.
“Terima kasih”. Ujarnya singkat.
Suasana riuh gemericik hujan seakan menambah kekhusukan
insan yang berada di sekitarnya.
Gadis itu seakan turut serta merasakan romantisme dadakan
yang baru saja menyapanya.
Mungkinkah ini cinta ? Cinta pada pandangan pertama ?.
Tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil dari depan
Halte.
“Abi” Teriak seorang anak perempuan dari dalam mobil.
Dan tiba-tiba, seorang perempuan berkhimar panjang turun
dari mobil dengan membawa payung menuju ke arah lelaki berjenggot itu.
“Maaf, Bi. Umi tadi abis jemput adek”. Kata wanita itu
sembari mencium tangan lelaki itu.
Keduanya kemudian masuk menuju mobil dan pergi meninggalkan
Halte Van Amorus.
Meninggalkan romantisme sesaat Puan Diane.
Hujan telah reda. Diane kembali mengayuh sepedanya. Meninggalkan
jejak cinta ala kadarnya di Halte Van Amorus.
Diane oh Diane. Percayalah. Takdir tidak pernah salah
menjatuhkan cintanya pada yang di kehendaki-Nya. Bahkan di tempat tak terduga
dan di waktu yang tidak semestinya.
Semarang, 04 Februari 2016.
No comments:
Post a Comment