Friday 12 February 2016

Halte Van Amorus

Sore ini cuaca begitu syahdu. Irama angin bersorak-sorai mengiringi tenggelamnya senja. Lantunan gemericik air mulai turun menyambangi tuan nya. Halte Van Amorus mulai menyuguhkan atap tepi jalan untuk melindungi Empunya.
Diane flamaria, gadis berjilbab panjang dengan kayuhan sepedanya bergegas menuju halte. Dia mampir sejenak menghindar dari guyuran air yang semakin deras. Di parkirkannya roda duanya itu di tepi halte. Ia membaur bersama orang-orang yang turut berlindung di bawah Amorus.
“Maaf, boleh Tanya ini jam berapa ?”. Tanya laki-laki di sebelah Diane.
Sosok Laki-laki sebaya dengan jenggot panjang serta busana agamis itu membuat Diane tertegun ketika melihatnya.
“Idaman”. Gumam Diane dalam hati.
“Boleh saya tahu ini jam berapa ? jam tangan saya tertinggal di kantor”. Ujar lelaki itu.
“Owh, maaf, sudah Jam lima lebih seperempat”. Kata Diane.
“Terima kasih”. Ujarnya singkat.
Suasana riuh gemericik hujan seakan menambah kekhusukan insan yang berada di sekitarnya.
Gadis itu seakan turut serta merasakan romantisme dadakan yang baru saja menyapanya.
Mungkinkah ini cinta ? Cinta pada pandangan pertama ?.
Tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil dari depan Halte.
“Abi” Teriak seorang anak perempuan dari dalam mobil.
Dan tiba-tiba, seorang perempuan berkhimar panjang turun dari mobil dengan membawa payung menuju ke arah lelaki berjenggot itu.
“Maaf, Bi. Umi tadi abis jemput adek”. Kata wanita itu sembari mencium tangan lelaki itu.
Keduanya kemudian masuk menuju mobil dan pergi meninggalkan Halte Van Amorus.
Meninggalkan romantisme sesaat Puan Diane.
Hujan telah reda. Diane kembali mengayuh sepedanya. Meninggalkan jejak cinta ala kadarnya di Halte Van Amorus.
Diane oh Diane. Percayalah. Takdir tidak pernah salah menjatuhkan cintanya pada yang di kehendaki-Nya. Bahkan di tempat tak terduga dan di waktu yang tidak semestinya.


Semarang, 04 Februari 2016.

No comments:

Post a Comment