Berita itu begitu
membuatku terpuruk. Gadis klasik nan cantik itu yang akhirnya berhasil merebut
pujaan hatiku. Mas Bagas ku akan segera mempersunting gadis pilihannya. Kecewa
memang, tapi sosok seperti ku bisa apa ?.
"Dengan siapa pun aku
menikah, kamu tetap kesayanganku, Sissy". Ujarnya menghiburku.
Aku memang selalu bermanja
ria dengan Mas Bagas. kemana pun ia pergi, aku selalu menyertainya.
24 jam sepanjang hari, aku
habiskan bersamanya. Mas Bagas mencintaiku, begitu pun aku. Lalu kenapa ia
tetap memilih gadis itu ?. Fisikly, aku lebih manis, lebih menggemaskan, dan
lebih ginuk-ginuk dari nya. Tapi faktanya, Mas Bagas lebih memilih gadis itu.
Takdir tetaplah takdir. Kehendak Tuhan lebih berperan di atas keinginan semu
hamba-Nya.
Hari ini adalah hari
bersejarah dalam hidup Mas Bagas. Ia akhirnya menikah dengan
gadis pilihannya. Dari kejauhan aku memandang pujaan hatiku bersanding mesra
dengan permaisurinya. Riuh tamu yang hadir turut serta menebarkan doa dan
bahagia untuk keduanya. Pesta pernikahan pujaan hatiku begitu megah. Lain
halnya dengan qolbu ku yang begitu gundah.
Dari sudut pelaminan, aku
melihat gadis itu berjalan menuju ke arahku. Dia mendekat, tersenyum lalu
membisikkan sesuatu, “Hai Sissy. Aku mencintaimu sama halnya dengan Mas Bagas
yang juga mencintaimu”. Ujarnya sembari mengusap kepalaku.
Aku tersipu, meski
sebenarnya hatiku cemburu. Mas Bagas ku kini harus berbagi waktu dengan gadis
itu. Berbagi cinta dan tawanya dengan bidadari nya.
Sekali lagi, aku patah
hati. Mungkin hanya sekali, tatkala Bidadari menyambangi pujaan hati. Aku lebih
memilih pergi. Meninggalkan hati yang usang. Langkah empat kakiku gontai. Bulu
ku nan elok khas Persia beranjak lusuh. Kini aku bebas. Bebas dari cinta yang
telah mematahkan hatiku . “Meoooww”!!!
Semarang, 11 Pebruari 2016
No comments:
Post a Comment