Wednesday 7 October 2015

Orenji


Dalam cerita kehidupan, ada kalanya apa yang Tuhan skenariokan tak sejalan dengan apa yang kita inginkan. Harapan terkadang mengecewakan, tapi percayalah Skenario Tuhan jauh lebih membahagiakan.



Cinta, bersama menempa rasa, Bersatu berprogress dalam kaidah-Nya. Ada cinta yang tak bisa di terka, terkadang, hati harus berupaya untuk bisa menjeratnya. Tapi apadaya, Cinta yang saling mencinta takbisa berbuat apa-apa tatkala Tuhan menginginkan 'dia' yang kamu cinta harus jatuh ke singgasana 'dia' yang lainnya.
Bukan setumpuk teori jika rasa yang belum bisa bersama akan bersama seiring berputarnya masa.
Pada hakikatnya, fase rasa adalah sebuah alarm nyata.
Usah resah, pasrah tak berarti menyerah. Berserah. Bukankan itu indah ?


Di luarnya kelihatan manis, tapi belum tentu isi di dalamnya, bisa saja asam, yah itu ungkapan orang jepang sana mengartikan kata Orenji. (http://raditherapy.com/2013/08/review-la-tahzan-jangan-bersedih/)

Tentang penilaian kita terhadap seseorang, menilainya saja dari luar sama saja kita menghakimi sisi dalamnya.
Cinta yang tercover dengan manisnya kebahagian, akankah bisa tercurahkan ? Bagaimana jika pada akhirnya pahitnya harapan justru terealisasikan ?
Orenji. . .
Rasa tidak bisa di paksa. Mau seyakin apapun kamu dengan dia, kalau Tuhan berkata tidak, Kamu bisa apa ?
Senyumnya begitu manis, membuat hati meringis sadis. Penampilannya aduhai romantis. Tapi satu yang membuat hatimu miris, dia tidak tertuju padamu. Apalah dayamu nak *_*
Orenji. . .
Salamnya ramah ketika kamu sapa, tutur katanya terstruktur penuh cinta. Iya, penuh cinta dengan orang-orang di sekitarnya saja. lalu bagaimana  'penuh cinta' nya kepadamu yang notabennya jauh dari jangkauannya ? (".")
Orenji. . .
Konklusinya adalah, "Dia yang manis, Kamu yang asam" -.-
Bersabarlah, Orenji tak melulu seperti itu, Masih ada Dzat yang mampu membolak-balikkan hati. Semoga saja, Semua akan manis pada waktunya :)



No comments:

Post a Comment